panas.web.id

Berita Terpanas Hari Ini

Perut Lukman Ibarat Digerogoti Parasit


Kelainan yang dialami Lukman Labbi (46), warga Kelurahan Sibatua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, memang langka dan jarang ditemukan. Tetapi dari sisi medis, apa yang dialami lukman sebenarnya bukanlah hal aneh.


Demikian diungkapkan DR. Dr. Aru W. Sudoyo, Sp.PD, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) saat dimintai pendapat mengenai kasus kelainan pada perut Lukman.

Seperti diketahui, Lukman sudah dirawat sepekan lebih Lukman dirawat di RSUD Kabupaten Pangkep. Tim dokter sejauh belum bisa memastikan kelainan pada perut Lukman karena keterbatasan tenaga ahli dan alat pemeriksaan.

Lukman yang sudah 46 tahun membawa jasad kembar siam di perutnya. Saat ini, ia hanya bisa terbaring lemas di ruang isolasi. Dugaan sementara tim dokter setempat mengatakan bahwa, kelainan pada perut lukman sebagai kanker akibat pembusukan jaringan tubuh kembar siamnya.

Menurut penjelasan Aru, apa yang saat ini dialami Lukman bukan hal aneh karena kejadian ini tidak jauh berbeda dengan kasus bayi lahir kembar siam pada umumnya. Yang membedakan pada kasus ini adalah, salah satu bagian (kembarannya) yang tidak berkembang sempurna, sehingga menempel dan menjadi 'parasit' pada tubuh lain yang berkembang.

"Kita sebut parasit sebetulnya. Jadi, seakan-akan seperti parasit. Dalam arti bahwa seakan-akan yang lebih kecil hidup dari yang besar," jelas Aru saat ditemui di tempat prakteknya di Jakarta, Kamis, (14/7/2011).

Menurut Aru, parasit yang dimaksud bukanlah dalam arti yang sesungguhnya, melainkan hanya sebatas istilah atau perumpamaan seperti misalnya kutu yang menempel.

"Itu bukan penyakit, tetapi kelainan alamiah. Kebetulan, dalam kasus ini Lukman yang survive, sedangkan yang satu (kembarannya) tidak bisa tumbuh dengan baik," bebernya.

Aru sendiri tidak mengetahui secara pasti apa penyebab jasad kembaran yang menempel di perut Lukman tidak berkembang secara utuh. Karena menurutnya, apa yang terjadi pada janin saat berada di dalam kandungan tidak dapat diprediksi.

"Jadi, hal-hal seperti ini tidak dapat diketahui penyebabnya. Kenapa kok bukan lukman yang kalah, tapi malah saudaranya. Secara spiritual kita bisa katakan memang takdirnya begitu. Tapi secara medis kita bisa katakan bahwa kebetulan dia (Lukman) mendapat supply makanan yang lebih bagus dari yang satunya. Bisa saja kebetulan pembuluh darah dia lebih besar," ungkapnya.

Aru melihat, perkembangan sebuah janin dalam kandungan tidak ada bedanya dengan pertaruhan hidup dan mati untuk bisa survive dan bertahan. Karena secara medis, dalam pertumbuhan sebuah janin yang umumnya mengandung anak kembar, akan terjadi suatu kompetisi.

Bukan kanker

Aru juga menyatakan dirinya tidak sependapat jika kelainan pada perut Lukman dikatakan sebagai kasus kanker.

"Radang tidak bisa membuat kanker. Radang ya radang. Mungkin ini infeksi, yang tadinya luka, lecet, terus infeksi seperti jaringan biasa," tegasnya.

Sel kanker, jelas Aru, dapat timbul pada jaringan mana pun pada tubuh manusia, bahkan pada manusia yang normal sekalipun.

Lebih jauh, kata Aru, tidak ada kecenderungan khusus pada jaringan di jasad kembaran Lukman yang sudah mati bakal berubah menjadi kanker. Akan tetapi, bila kemudian berkembang menjadi kanker, hal tersebut semata-mata karena faktor kebetulan saja bila memang kemudian ada tumor yang muncul di jasad kembarannya.

"Tetapi, bukan karena itu adalah tempelan lalu dapat dikatakan sebagai kanker. Kalau yang diperutnya adalah suatu hal yang asing, pasti sudah ditolak dari awal. Kalau sudah ada sejak lahir, itu sudah menjadi bagian dari badannya. Sama seperti orang yang punya jari 6 (enam)," jelasnya.

Saat disinggung soal keadaan jaringan jasad Lukman saat ini, Aru memaparkan bahwa jaringan jasad kembaran Lukman masih tetap hidup. Akan tetapi bukan sebagai mahluk, melainkan sebagai bagian dari tubuh Lukman. Karena, jika jaringan tersebut mati, kata Aru, maka otomatis jasad kembaran yang menempel di perut akan terlepas, namun bisa juga berisiko kematian pada diri Lukman.

"Jaringannya bukan sebagai mahluk hidup lagi. Ini seperti jaringan tambahan saja buat dia," lanjutnya.

Pemisahan tak membayakan

Pada kasus kembar siam yang utuh, kata Aru, proses pemisahan umumnya akan sulit dilakukan. Tapi pada kasus Lukman, pemisahan atau pengangkatan jasad kembar siam yang menempel diperutnya sama sekali tidak akan membahayakan. Hanya saja mungkin perlu operasi yang besar dan biaya agak mahal.

"Diangkat saja. Nggak masalah. Sama seperti kalau orang diamputasi tangan atau kakinya, orang itu tetap hidup," jelasnya.

Menurutnya, operasi pemisahan atau pengangkatan jasad kembar siam tersebut seharusnya sudah dilakukan dari awal, sewaktu Lukman masih anak-anak. Ini dimaksudkan supaya pasien tidak terlalu menderita.

"Anehnya, kenapa dia bisa bertahan sampai dewasa dengan adanya saudaranya yang menempel diperutnya itu. Buat saya itu suatu hal yang sangat mengharukan. Kita anggap dia sebagai korban ekonomi," pungkasnya.

sumber: kompas.com
0 Komentar untuk "Perut Lukman Ibarat Digerogoti Parasit"

Download Ebook Gratis